Sebanyak 50 Persen Pembeli Mobil Listrik Ingin Kembali ke Mobil Bensin

Sebanyak 50 Persen Pembeli Mobil Listrik Ingin Kembali ke Mobil Bensin

Trampolinesystems, Fenomena mobil listrik semakin marak di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Namun, baru-baru ini sebuah survei mengungkapkan bahwa sebanyak 50 persen pembeli mobil listrik menyatakan keinginan mereka untuk kembali menggunakan mobil berbahan bakar bensin. Temuan ini mengejutkan banyak pihak dan menimbulkan berbagai spekulasi mengenai masa depan kendaraan listrik.

Sebanyak 50 Persen Pembeli Mobil Listrik Ingin Kembali ke Mobil Bensin

Alasan Kekecewaan Sebanyak 50 Persen Pembeli Mobil Listrik

Menurut survei Sebanyak 50 Persen tersebut, ada beberapa alasan utama yang menyebabkan para pengguna mobil listrik merasa kurang puas dan mempertimbangkan untuk kembali ke mobil bensin. Salah satu alasan terbesar adalah keterbatasan infrastruktur pengisian daya. Meski pemerintah dan sektor swasta telah berupaya memperluas jaringan stasiun pengisian listrik, banyak pengguna masih merasa kesulitan menemukan tempat pengisian yang memadai, terutama di daerah-daerah terpencil.

Selain itu, durasi pengisian daya yang lebih lama dibandingkan dengan pengisian bahan bakar konvensional menjadi faktor penentu lainnya. Bagi sebagian besar pengguna, waktu adalah faktor penting dalam mobilitas sehari-hari. Pengisian daya mobil listrik yang lama dianggap tidak praktis dan menyulitkan bagi mereka dengan mobilitas tinggi.

Masalah Baterai dan Daya Tahan

Masalah lain yang sering muncul adalah terkait dengan daya tahan baterai dan performa mobil listrik. Banyak pengguna melaporkan bahwa seiring berjalannya waktu, kapasitas baterai cenderung menurun, yang berdampak pada jarak tempuh kendaraan. Hal ini tentu menjadi kendala bagi mereka yang membutuhkan mobil dengan jarak tempuh yang jauh setiap harinya.

Lebih lanjut, beberapa pengguna juga mengeluhkan biaya perawatan dan penggantian baterai yang relatif tinggi. Meski mobil listrik lebih ekonomis jangka panjang, biaya penggantian baterai yang mahal menjadi beban bagi pemilik.

Pendapat dari Ahli dan Pelaku Industri

Para ahli dan pelaku industri otomotif menekankan pentingnya memperhatikan temuan ini. Mereka mendorong perbaikan infrastruktur pengisian daya dan inovasi teknologi baterai yang lebih tahan lama dan efisien.

“Pemerintah dan sektor swasta harus terus bersinergi dalam mempercepat pembangunan stasiun pengisian listrik. Selain itu, riset dan pengembangan teknologi baterai harus ditingkatkan untuk menjawab kebutuhan pasar,” ujar Dr. Surya Putra, pakar otomotif dari Universitas Indonesia.

Upaya Pemerintah dan Masa Depan Mobil Listrik

Di sisi lain, pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmennya untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik melalui berbagai insentif dan regulasi. Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, menyatakan bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan infrastruktur pengisian daya memadai dan merata.

“Kami akan meningkatkan kualitas dan jumlah stasiun pengisian daya serta mendukung inovasi teknologi untuk efisiensi dan daya tahan baterai mobil listrik,” kata Budi Karya.

Upaya ini diharapkan membuat pengguna kendaraan listrik merasakan manfaat maksimal dan mengurangi keinginan kembali ke mobil bensin. Meski ada tantangan, mobil listrik di Indonesia tetap memiliki potensi besar berkembang.

Kesimpulan

Transisi dari mobil berbahan bakar bensin ke mobil listrik memang bukanlah hal yang mudah.

Lihat Juga :  SIM Indonesia Sudah Diakui di Negara ASEAN Mulai 1 Juni 2025